Bahan dan
Proses
Limbah Organik
Setiap makhluk hidup
di bumi dalam
proses kehidupannya merupakan kontributor terbesar dari sampah atau limbah. Sampah adalah suatu bahan
yang terbuang atau
dibuang
dari hasil aktivitas manusia sehari-hari maupun proses alam yang belum
memilik
i nilai ekonomis. Sampah merupakan limbah
padat, dengan sampah
yang berserakan,
tidak
teratur di suatu
tempat dapat membuat pemandangan
menjadi tidak
indah, menghasilk an bau
tidak sedap dan
tentunya dampaknya akan
merusak lingkungan. Sampah padat hanya
dapat
diolah dengan cara dibuang lalu dibakar atau
ditimbun dalam
tanah sebagai bahan
urukan permukaan tanah,
untuk sampah organik
dapat
dimanfaatkan sebagai
pupuk.
Limbah dapat dikelompokkan dalam
3
bagian, yaitu :
1. Berdasarkan wujudnya limbah terdiri dari;
a. Limbah gas, merupakan
jenis limbah
ya berbentuk gas, contoh limbah dalam bent gas antara lain : Karbon Dioksida (CO2), Karbon Monoksida (CO), HCL, NO2, SO2.
b.
Limbah cair, adalah jenis limbah yang mem fisik berupa zat cair misalnya: air cuc air hujan, rembesan AC, air sabun, miny
goreng buangan, dan lain-lain.
c.
Limbah padat, merupakan jenis limbah yang berupa
padat, contohnya; kotak kemasan,bungkus jajanan, plastik, botol, kertas, kardus, ban bekas, dan lain-lain.
2. Berdasarkan sumbernya
limbah bisa berasal dari:
a. Limbah pertanian, limbah
yang ditimbulkan
karena kegiatan
pertanian
b. Limbah industri, limbah yang dihasilkan oleh pembuangan kegiatan industri
c. Limbah
pertambangan, limbah yang asalnya dari kegiatan pertambangan
d. Limbah domestik, limbah yang berasal dari rumah tangga,
pasar, restoran dan pemukiman- pemukiman penduduk yang lain.
3. Berdasarkan senyawanya limbah dibagi menjadi
dua jenis;
a.
Limbah organik, merupakan
limbah yang bisa dengan mudah diuraikan atau mudah membusuk, limbah organik
mengandung unsur karbon. Limbah organik dapat ditemui dalam kehidupan
sehari-hari, contohnya kulit
buah dan sayur, kotoran manusia
dan hewan.
b. Limbah anorganik, adalah jenis limbah yang sangat sulit atau bahkan tidak bisa untuk di uraikan atau tidak bisa membusuk, limbah
anorganik tidak mengandung unsur karbon,
contoh limbah anorganik adalah plastik, beling, dan baja.
Limbah organik yang digunakan sebagai bahan dasar kerajinan dapat dibedakan
menjadi 2
bagian, yaitu:
1. Limbah organik basah
Sampah yang mempunyai
kandungan air
cukup tinggi. Contohnya; kulit buah
dan kulit sayuran atau daun-daunan.
Limbah organik
basah yang dapat
dijadikan kar ya
kerajinan adalah; kulit jagung, kulit bawang, kulit
buah/biji-bijian, jerami dan sebagainya.
Pengolahan limbah organik
basah dapat dilakukan dengan cara pengeringan menggunakan sinar matahari langsung hingga kadar air dalam bahan limbah organik habis. Bahan yang sudah kering merupakan bahan baku yang nantinya dapat dibuat berbagai macam
produk kerajinan. Proses bahan baku menjadi
bahan yang siap pakai ditentukan oleh pengrajin, apakah akan dicelup warna atau diberi pengawet agar kuat dan tahan lama, semua dipengaruhi oleh tujuan si pembuat
2. Limbah organik kering
Sampah yang
mempunyai kandungan air cukup rendah. Contohnya; kertas/kardus, kerang, tempurung kelapa,
sisik ikan, kayu, kulit telur, serbuk
gergaji, dan sebagainya.
Hampir semua limbah organik kering dapat diolah kembali
sebagai karya kerajinan, karena sifatnya yang
kuat dan
tahan lama.
Pengolahan limbah organik kering tidak perlu banyak persiapan, karena sifatnya
yang kering jenis limbah ini dapat langsung
digunakan. Namun yang perlu diantisipasi adalah jika bahan limbah organik kering ini terkena
air, maka yang dapat
dilakukan adalah dengan cara pengeringan menggunakan sinar matahari
langsung atau alat pengering lain hingga
kadar air dalam
bahan limbah
organik kembali seper ti
kondisi semula.
Bahan limbah organik
ker ing merupak an
bahan
bak u yang nantinya dapat dibuat berbagai macam
produk kerajinan. Sama halnya
dengan bahan organik basah, proses bahan
baku menjadi
bahan yang siap pakai ditentukan oleh pengrajin, apakah akan dicelup
warna
atau
diberi pelapis
agar kuat
dan tahan lama, dan semuanya
juga dipengaruhi oleh tujuan
pembuat karya.
B. Prinsip
Pengolahan Limbah
Organik
Pengolahan limbah organik memerlukan pengetahuan yang memadai, agar dalam pemanfaatannya tidak menghasilkan limbah baru yang justru semakin menambah permasalahan
dalam kehidupan. Paling tidak
limbah hasil daur
ulang
|
3R, yaitu:
1. Mengurangi
(Reduce)
Meminimalisir barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
1. Menggunakan kembali
(Reuse)
Pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang
sekali pakai, lalu buang.
3. Mendaur ulang
(Recycle)
Barang-barang yang sudah tidak berguna didaur ulang
lagi. Tidak
semua barang bisa didaur
ulang, tetapi
saat
ini sudah banyak industri kecil dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi
barang lain contohnya kerajinan.
Upaya melaksanakan mendaur ulang limbah (Recycle) menjadi
karya kerajinan
tangan, berarti sudah dapat mengatasi masalah
lingkungan yang mengganggu kehidupan. Selain itu dapat pula dimanfaatk an
sebagai wadah penyaluran hobi keterampilan, kreatifitas, dan menumbuhkan jiwa wirausaha.
Dikemukaan oleh Victor Papanek dalam bukunya yang berjudul ‘Design for the Real World’ bahwa ada 6 tata kelola
desain berkelanjutan (sustainable design) yang tidak berdiri sendiri namun mempunyai elemen-elemen lain yang merajutnya, yaitu :
1.
Metode (method)
Konsep method diulas dalam 2 pandangan yaitu, episteme
dan techne. Episteme adalah pengetahuan yang
melibatkan daya serap, imajinasi,
dan abstraksi.
Sedangkan techne adalah keteknikan
atau keterampilan bertukang. Desain sangat
dipengaruhi oleh penguasaan alat, pemahaman terhadap material, dan bagaimana keduanya berinteraksi menjalin kepekaan melalui daya serap, imajinasi
dan abstraksi agar dapat terjalin dari
proses pembuatan hingga melahirk an
produk yang ar tistik . Hal ini dapat dihasilk
an melalui
kegiatan
yang
rutin dan
intensif.
2. Asosiasi (association)
Kemampuan menghubungkan antara gagasan dengan kemampuan panca-indra dengan menggunakan
gambar, bagan, tulisan, dan
sebagainya.
3. Estetika (aesthetics)
Dalam
mendesain perlu memahamiestetika/ilmu keindahan
yang diwujudkan dalam unsur desain; garis, warna, bentuk, volume, dan tekstur, serta prinsip desain; kesatuan, keseimbangan, point of
interest, irama, proporsi dan komposisi. Desain harus dapat memaduk an
kesemuanya dalam penciptaan karya.
4. Kebutuhan (need)
Karya desain merupakan
jawaban dari sebuah kebutuhan. Merumuskan kebutuhan bukanlah sesuatu yang mudah. Desainer harus memiliki kepekaan yang tajam untuk memilah apa yang
menjadi kebutuhan konsumen dan kemungkinannya untuk menjadi tren di masanya.
5. Telesis (telesis)
Pemahaman fungsi yang mengubah desain dari sesuatu yang sifatnya personal menjadi
lebih komunal. Telesis adalah fungsi desain
yang
berusaha
mewadahi
dimensi sosial dan budaya
pada tempat desain tersebut dibutuhkan dan digunakan.
6. Kegunaan (use)
Merupakan fungsi praktis dari
sebuah desain.
Dalam mewujudkan
fungsi ‘guna’ yang baik tentunya seorang desainer harus
memper timbangk an
siapa yang akan menggunakannya (user) dan
obyek dari kegunaan desain tersebut. Maka perlu pemahaman tentang ergonomi yaitu ilmu tentang hubungan antara manusia,
mesin yang digunakan
dan lingkungan kerjanya.
Arah desain yang jelas akan
menghasilkan pendekatan dan metode rancangan yang tajam, efisien dan efektif. Setelah
mengetahui keenam tata kelola desain dari Victor Papanek, akan hadir sebuah ruang
yang menjadi
batas antara abstrak dan realisasi
yaitu sebuah ‘jeda’. Jeda yang berada di antara metode dan lahirnya sebuah desain yang dimaksud adalah
kreatifitas. Kreatifitas tidak akan terwujud tanpa adanya wawasan dan pengetahuan ser ta
penyatuan tentang techne (tek nik) dan episteme (pengetahuan).